
Apa jadinya jika radar dalam Air Traffic Control (ATC) sebuah bandara tiba-tiba tidak berfungsi?
KEGIATAN penerbangan akan terganggu. Walaupun demikian, tidak seluruhnya kegiatan penerbangan di sebuah bandara akan terganggu, karena kegiatan penerbangan di bandara akan dibantu dengan kendali non radar. Kendali non radar ini dilakukan oleh unit kerja dari PT Angkasa Pura I (AP I), yakni Divisi Lalu Lintas Penerbangan.
Hal inilah yang terjadi di Bandara Internasional Sepinggan, Selasa (27/11). Radar pengendali bandara internasional di Kaltim tersebut tiba-tiba tidak berfungsi sejak pagi. Hingga berita ini diturunkan, radar ATC tersebut belum kembali normal. “Kami (AP I) telah menginformasikan kepada para maskapai penerbangan yang melayani penerbangan dari maupun ke Balikpapan, bahwasanya radar kami tidak berfungsi,” ucap Abdullah Husin, Asisten Manager SIM, Tapor da Humas PT AP I ketika ditemui di ruangannya kemarin.
Saat ditanya, Abdullah Husin belum bisa memastikan apa penyebab gangguan pada radar tersebut, dan kapan kembali berfungsi normal.
Menurut Husin, setiap harinya ada sekira 200 armada pesawat yang lalu lalang pesawat yang melakukan kegiatan lepas landas (take off), memulai terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). Khusus untuk kegiatan pendaratan pesawat, yang biasanya memakan waktu pendaratan paling lama 2 menit dengan panduan radar, menjadi selama 7 menit dengan panduan non radar. “Walaupun non radar, pendaratan dijamin tingkat keselamatannya tinggi.
Hal ini dikarenakan semua pendaratan non radar dilakukan dengan menggunakan jasa petugas yang telah memiliki lisensi, dan cukup andal mendaratkan pesawat non radar atau manual,” terangnya.
Kegiatan non radar ini dilakukan oleh beberapa orang petugas dari Divisi Lalu Lintas Penerbangan dengan bantuan radio komunikasi langsung antara petugas menara ke pilot pesawat, ditambah lagi bantuan pandangan mata. Serba manual.
Tugas dari beberapa orang ini adalah mengontrol kegiatan penerbangan pesawat yang akan melakukan lepas landas di langit bandara. Dengan mengukur tingkat ketinggian terbang pesawat, para petugas dari Divisi Lalu Lintas Penerbangan ini menentukan pesawat yang akan lepas landas duluan. “Kalau jarak terbangnya rendah, maka pesawat itu akan mendarat duluan, begitu pula selanjutnya,” ucapnya.
Kejadian tidak berfungsinya radar di Bandara Internasional Sepinggan ini, baru kali pertama terjadi sejak dekade 80-an. Apalagi tepat Selasa (27/11) malam yang bertepatan pula dengan tingkat jam-jam sibuk mobilitas pesawat yang cukup tinggi di malam hari, membuat para pesawat bergantian untuk mendarat di landasan pacu Bandara Internasional Sepinggan. “Makanya para pesawat harus mengantre untuk mendarat di Bandara Sepinggan satu per satu,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, di dalam bidang penerbangan, penggunaan radar terlihat jelas pada pemakaian ATC, yang merupakan pengendali dalam pengaturan lalu lintas udara. Berbicara penggunaan ATC di Bandara Internasional Sepinggan, peran ATC ini sangatlah penting. Radar yang berada di bandara yang sedang dalam proses pembangunan ini, dipasang sejak tahun 2009, yang didatangkan langsung dari Cekoslovakia. “Radar ini menggantikan radar sebelumnya yang merupakan buatan Perancis,” kata Husin.
Tugas dari ATC ini adalah untuk mengatur kegiatan lalu lalang dan kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan melakukan lepas landas (take off), memulai terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi bandara yang dituju. Petugas yang bertugas mengontrol ATC ini ada sebanyak belasan orang yang selama 24 jam penuh mengontrol kegiatan penerbangan. “Para petugas tersebut dibagi sebanyak 3 shift yang jam kerja maksimal selama 8,5 jam.” pungkasnya.
sumber : kaltimpost.co.id
0 komentar
Posting Komentar